Al Khalaj Dan Pemuda Mesir Yang Malang

Oleh : Fahrizal Ischaq Addimasqie, Pimpinan Pesantren Wisata AmLAM

Kemarin sore Kamis 18 Pebruari 2021 saya berkunjung ke PP. Solawat Darut Taubah, lama tak Jumpa Abah (panggilan akrab KH.M. Adam Sinni), setiap perbincangan selalu ada hikmah yang bisa kami petik, mulia dari cerita sufi hingga nasihat-nasihat beliau perjalanan hidup sebagi seorang penghamba. Saya lebih suka mendengar ketimbang membaca, apalagi ditemani secangkir kopi panca khas pesantren yang belakangan ini mendirikan SMP Bilingual Nurul Islam ini, karena selain mata saya yang terbatas (minus) untuk membaca, mendengar lebih ringan bagi saya.

Dahulu ada seorang Sufi bernama al-Khallaj hidup di Baghdad, datanglah seorang musafir dari Mesir berjalan kaki ke Baghdad hanya untuk mencari Syeikh al-Khalaj, dalam sebuah pasar sang musafir bertanya pada beberapa orang tentang sosok Syeikh yang sedang ia cari, salah satu mereka menunjuk kepada pria paruh baya yang sedang lewat di pasaran tersebut “Lihat, itu adalah Syeikh Khalaj, Kau beruntung orang yang kau cari berada tepat di hadapan kita”, begitu penduduk Baghdad menjelaskan dengan antusias, dengan cepat sang Musafir menghampiri pria tua itu.

“Wahai Tuanku, apakah engkau adalah Syeikh al-Khallaj ? Aku berjalan dari Mesir mencarimu !” Begitu tanyanya dengan antusias, Pria itupun menjawab ” Justru aku sudah 30 tahun lebih mencarinya tidak kutemukan !!” Jawab Syeikh al-Khallaj dengan Serius dengan menatap wajah laki-laki musafir itu, menyembunyikan identitas beliau sebagai ulama’ tersohor pada waktu itu. Dengan kecewa Musafir itu pergi, sambil kebingungan, sebenarnya siapa yang harus ia percaya, mengapa mencari beliau begitu sulit, dan tampak wajah murung dan putus asa laki-laki Mesir itu meninggalkan Syeikh mulia itu.

Coba bayangkan, orang semulia itu, justru tidak ingin dikenal khalayak umum, ia menghindari keramaian, bahkan beliaupun “tega berbohong” (demi kebaikan) walaupun sudah berjalan berbulan-bulan dari Mesir hingga ke Baghdad, agar musafir itu fokus mencari Allah, bukan mencari dirinya, Allah-lah yang layak terus dicarinya, dikenal manusia tidak menjadi penting, tapi dikenal Allah adalah segalanya. Berbuatlah baik dengan siapapun, bahkan lebih baik berbuat baik kepada yang tidak kita kenal, saya ketika naik kereta di Bandung, sedekah 5 ribu rupiah kepada penjual tisu yang tidak pernah saya kenal, dalam waktu yang sama, menerima WhatsApp bukti transfer 5 juta ke rekening pondok saat itu juga, begitu Abah Adam menutup cerita hikmah sore ini.

Jangan-jangan FB, WhatsApp, Tik-Tok dan YouTube yang hingga sakitpun kita meladeninya, agar kita “dianggap” oleh manusia, agar dikenal manusia, hingga ada kabar hikmah yang masuk di ponsel pintar saya pagi ini “jika kau ingin membuktikan kenapa Rasul mengisyarahkan paling banyak penghuni neraka adalah wanita maka lihatlah Tik-Tok hari ini”. Semoga kita dan keluarga kita tidak, wa ‘iyadu Billah. Mari kita berusaha mengenal Allah, dan dikenal Allah, itu paling penting, saya tutup dengan kalimat bijak sufi “Jika masih ada aku, dan merasa ada yang kita miliki, maka sesungguhnya kita sedang tertipu”, kita tiada, yang ada hanyalah Allah, tidak ada yang kita miliki, semua adalah khaq milik Allah. Selamat Pagi Keluarga Hebat ! Jum’at Berkah ! Doakan kami. 

www.amanatussalam.ponpes.id

081.333.089.666 | 0819.1321.7620

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published.