BERDAMAILAH DENGAN KEMATIAN

Oleh ; Fahrizal Ischaq Addimasqi 

Pesantren Wisata AmLAM, Wonosalam, Jombang

 

Akhir-akhir ini kita banyak terkejut dengan kabar kematian sekitar kita, bisa tetangga rumah, ataupun kabar yang ber-seliweran di Medsos sahabat akrab kita yang jauh di sana tiba-tiba meninggal di usianya yang masih muda. Sebab kematian bisa beraneka ragam, bisa penyakit ataupun kecelakaan, tapi kesemua sebab itu tidak bisa dijauhkan dari “momok” Corona yang sedang berkembang dewasa ini.

 

Sahabat sekalian, meski bayangan kematian atau kehilangan orang yang sangat kita cintai begitu nyata hari ini, kematian tetaplah menjadi kepastian masa depan kita, tidak sakitpun kita juga akan mati, bahkan ada seorang ulama salaf yang bilang “satu-satunya masa depan kita yang paling pasti adalah kematian”. Mati itu sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum Corona itu ada sendiri, kematian dari dulu selalu menjadi misteri, apalagi bagi orang-orang yang takut untuk menghadapinya.

 

Berdamailah dengan Kematian, karena dia tidak pernah ingkar untuk datang kepada kita, tidak penting kapan kita mati, karena yang paling harus kita perhatikan adalah dengan apa kita isi jeda waktu sebelum kematian kita itu tiba, manfaat apa yang bisa kita berikan? Seberapa banyak?, Maslahat apa yang bisa kita persembahkan untuk umat ini, sudahkah kita memulainya?. Kembali kami tuliskan dalam tulisan ini nasihat KH. Hasan Abdullah Sahal, “Banyak orang yang mencari bagaimana hidup yang enak, tapi mereka lupa mencari cara bagaimana mati yang enak”.

 

Semua pada saatnya pasti akan muda, Corona atau bukan Corona, kaya atapun miskin, susah ataupun senang, tersohor ataupun biasa saja. Kematian adalah realita, dan tentu sesungguhnya bukan realita “kemarin sore”, Bahkan, ada salah satu riwayat dalam sebuah kita, Malaikat Maut datang menjenguk kita 27 kali dalam satu hari, hanya menunggu perintah kematian dari Sang Maha Mematikan (Allah), Renungkanlah !

 

Mumpung masih hidup, berbuatlah untuk kebaikan, bekerja keraslah, bahagiakan orang-orang yang kau cintai, tebarlah manfaat seluas-luasnya jika memungkinkan tinggalkan dunia dan persiapkan kematianmu, karena kesempatan takkan pernah datang kedua kalinya. Berfikirlah mumpung masih hidup, Renungkanlah senyampang nyawa masih rela untuk “dipinjami”, saya tutup nasihat pribadi saya ini dengan nasihat Maulana Syeikh M. Said Ramadhan Al-Bouthy, Sesungguhnya pada hakikatnya manusia hanyalah barisan antrian menuju gerbang kematian. Selamat Pagi, Selamat Menyongsong Kematian dengan Indah !

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published.