
ORANG TUA AKAN BERUNTUNG JIKA ANAKNYA DI PONDOK
Oleh ; Fahrizal Ischaq Addimasqie*
Jika membaca judul di atas, bagaimana tidak? Para santri di pesantren pukul tiga dini hari sudah bangun mengambil air wudlu, salat malam, jika Kamis dan Senin sebagian ada pergi ke dapur makan sahur untuk berpuasa, setelah itu salat berjamaah diimami Kiai, dzikir dan berdoa hingga matahari terbit, nyaris di masjid tidak ada yang ngantuk, selain mendoakan pondok, mereka juga dididik untuk setiap bangun tidur mendoakan orang tua di rumah, agar Allah beri kesehatan dan kelapangan Rizki dhohir dan batin, anugerah ini tentu tidak banyak orang tua memiliki, sungguh kenikmatan yang luar biasa bagi orang tua yang anaknya di pondok.Sepulang dari masjid mereka diajarkan bahasa asing, selain bahasa Arab dan Inggris, di pesantren kami mereka juga diajarkan bahasa Mandarin, kebetulan ada murid kami yang mengabdi di pesantren lulusan China, meski jurusan kuliah dulu adalah desain interior, minimal mereka dapat cerita dari gurunya, pengalaman belajar di luar negeri sembari belajar berbahasa, di pagi hari mereka dicek semua di kamar, tidak ada yang boleh tidur pagi, karena tidur pagi di pondok adalah “haram” hukumnya kecuali yang sakit, karena juga tidur pagi akan mewariskan kefaqiran anak dan mengimbas kepada orang tua pada akhirnya. Kegiatan pagi ditutup dengan bersih-bersih, latihan menyapu, cuci piring dan mengolah sampah dan kelak akan menjadi bekal mahal mereka setelah selesai dari pondok di tengah rumah tangga dan masyarakat mereka.Di pondok jiwa mereka dibesarkan, naluri sosialnya diasah, dan cara menghadapi masalah juga dihidangkan, tugas guru yang utama adalah memotivasi, mendorong mereka agar kelak menjadi manusia yang berarti dan berkualitas. Di Pesantren kami ada program K.I.P (kelas inspirasi pagi) yang setiap pekannya memberikan inspirasi dan motivasi kepada semua santri agar tidak takut menghadapi tantangan, tahan banting dan punya mimpi yang besar, program ini kami rasa efektif, selain diramu dengan teori training, lengkap dengan instrumen pilihan, kami pernah uji coba lebih dari 5 tahun, hasilnya sungguh memuaskan, hingga “mampu” mengantarkan seorang santri yang broken keluarganya sampai ke Jerman melanjutkan studi, berbekal catatan dari resume K.I.P. selama ia di pesantren.Selain dari pada itu, kami memahami bahwa tidak cukup dengan kemampuan fisik, butuh dukungan spiritual yang mendorong semua kompetensi itu agar “ikut campur” Tuhan bersama mereka, butuh yang dinamakan mujahadah, atau mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, faktanya mereka sangat bersemangat, hingga kami kerepotan men-stop mereka untuk berpuasa, sangking rajinnya, hingga tubuh mereka mendadak kurus. Semua itu kita racik, agar para orang tua, tidak begitu berat menyiapkan putra-putri mereka menghadapi tantangan dan persaingan global di kemudian hari. Mari kita amini bersama harapan kita bersama ini, Semoga Allah ridho gagasan dan rencana kita ini, hanya kepada Allahlah kita berharap, manusia hanya berhak meminta dan berencana, Allah-lah yang berhak istijabah. Wallahu a’lam bishowab. Salam rindu dari Amlam, The Mountain of Dream !*Pimpinan Pesantren Wisata Amlam, Ketua Ikatan Pesantren dan Pusat Dakwah Indonesia.